3 Titipan Allah yang Dekat dengan Kita

Lama ga nulis di blog, udah banyak sarang laba-laba mungkin hehe

Kali ini saya akan membahas tentang sesuatu yang dekat dengan kita, yaitu titipan Allah, yang ada sebagian dari kita  menganggapnya adalah miliknya sendiri. 

Titipan Allah yang pertama adalah keluarga. Keluarga adalah orang yang hampir setiap hari berinteraksi dengan kita. Seorang suami diberi titipan istri, seorang istri diberi titipan suami, serta suami istri diberi diberi titipan anak. 

Titipan ini merupakan pemberian Allah yang harus kita jaga dan dipertanggungjawabkan. Suami menjaga titipan istri dengan cara memberi nasihat dan bimbingan kepada istri. 

Orang tua menjaga titipan Allah yaitu anak dengan cara memberi pelajaran agama, makanan yang sehat dan menasehati kepada kebaikan. 

Titipan Allah yang kedua adalah harta. Titipan harta yang Allah berikan kepada umatnya berbeda-beda. 

Menjaga titipan harta adalah dengan zakat dan sedekah. Maksud zakat dan sedekah ini bukan berarti Allah memberatkan kita. Harta yang Allah minta sedikit dan untuk kita banyak. Allah meminta harta pada hakikatnya bukan untuk kita, harta yang kita zakat dan sedekahkan adalah akan kembali untuk diri kita sendiri. 

Berikut ada sebuah kisah tentang orang kaya yang sombong dan pelit. Suatu hari, ada seorang pengemis datang kerumah orang kaya untuk meminta makan. 

Pengemis itu mengetuk pintu rumah orang kaya tersebut dan dibuka oleh istrinya. Pengemis berkata, "ibu, aku sangat lapar. Bolehkah aku meminta sepiring nasi". istri tersebut bertanya dengan suaminya, dan suaminya berkata, "usir dia jauh-jauh, nanti kita tertular miskin seperti dia!"

Pengemis tersebutpun pergi dan sambil berdoa, "ya Allah, kaya kan aku dan miskin orang kaya itu". 

Beberapa tahun kemudian miskinlah orang kaya itu dan bercerai dengan istrinya. Istrinya menikah kembali dengan orang kaya.

Keadaan diatas terjadi lagi kepada istri itu, seorang pengemis datang untuk meminta sepiring nasi karena kelaparan. Istri tersebut bertanya pada suaminya, dan suaminya berkata,"bawa masuk pengemis tersebut, mari kita makan bersama kita" 

Ketika datang, makan dan sampai pulang istri tersebut melihat pengemis tersebut. 

Ketika pengemis itu pulang, istri tersebut berkata pada suaminya, "tahukah siapa pengemis tadi ya suamiku? Itu adalah mantan suamiku" Dan suaminya berkata, "istriku, aku adalah pengemis yang dulu diusir ketika meminta makan kepada mantan suamimu" 

Pelajaran yang dapat kita ambil adalah roda selalu berputar. Tidak selamanya kita senang terus. Karena Rasulullah pernah berkata, “Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara: [1] Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, [2] Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, [3] Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, [4] Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, [5] Hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya, dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Hadits shahih)


Titipan Allah yang ketiga adalah diri kita sendiri. Al-Qur’an telah menjelaskan bahwasannya seluruh alam beserta isinya ini adalah milik Allah ta’ala, sebagaimana firman-Nya :
أَلا إِنَّ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ أَلا إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لا يَعْلَمُونَ
”Ingatlah, sesungguhnya kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan di bumi. Ingatlah, sesungguhnya janji Allah itu benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui(nya).”[QS. Yunus : 55].

Pelajaran yang dapat kita ambil dari bahasan ini adalah segala sesuatu yang ada pada diri kita pasti akan meninggalkan atau kita yang meninggalkan yang ada. anak kehilangan orangtua, anak kehilangan orangtua, miskin menjadi kaya, kaya menjadi miskin. 

Firman Allah SWT dalam QS an-nahl:96

"Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."

Allah udah jelas menjelaskan hal ini, tetapi mengapa ada yang merasa sedih ketika titipan itu Allah ambil kembali? 

Menurut saya jawabannya hanya satu, kita terlalu merasa memiliki titipan Allah tersebut. Setiap dari kita pasti akan Allah ambil satu per satu dari titipan tersebut, mulai dari keluarga kita yang meninggal, harta yang berkurang, serta pada jasad kita tersebut. Mulai dari mata yang mulai rabun, telinga yang mulai pekak, badan yang tidak kuat, rambut yang mulai berubah warna menjadi putih, dan pada akhirnya kita Allah ambil dari dunia ini. 

Mari kita manfaatkan titipan Allah sekarang untuk beribadah kepada-Nya sebelum titipan itu Allah ambil. 

Saya disini bukan bermaksud untuk menasehati atau mengurui teman-teman, tetapi sebagai renungan kita bersama. Karena kita semua tidak ada yang tau kapan "limit" kita hidup di dunia.

Ali bin Abi Talib pernah berkata:
"Undzur maa qoola, walaa tandzur man qoola"
Maksudnya:
"Lihatlah apa yang dikatakan, dan jangan kau melihat siapa yang mengatakan."


Semoga bermanfaat :)



Comments

Popular posts from this blog

Asmaul Husna [ 3. Yang Maha Penyayang (الرَّحِيْمُ) ]

Berapa Umur Kita?

MENYELESAIKAN MASALAH TANPA MASALAH (Bagian I)