DUA PELAJARAN


                Sedikit ada dua pelajaran yang minimal bisa kita petik dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau selalu berbuat untuk orang lain dan memikirkan orang lain. Bahkan, ketika berdoa pun selalu menyebut orang lain.

                Rasulullah hampir tidak pernah memikirkan dirinya sendiri. Ada momen di saat beliau hanya berdoa dengan Allah, pencipta alam semesta jagat raya ini. Hanya beliau berdua dengan Allah. Attahiyyatul mubarakatus shalawatut thayyibatu lillah.

                Rasul memberi salam dan pengagungan kepada Allah. Dan, salam di jawab Allah. Assalamualaika ayyuhan nabbiyyu wa rahmatullahi wa barakatuh. Keselamatan juga buat engkau wahai Muhammad.

                Kemudian Rasulullah menjawab, assalamualaina wa’ala ibadillahis shalihin. Salam (keselamatan) juga untuk kami dan hamba-hamba-Mu yang saleh. Beliau menjawab dengan memakai dhamir nahnu (kami) untuk orang sebanyak-banyaknya, masya Allah.

                Kita mengenal Rasulullah melalui sejarah. Dan, menjelang wafatnya Izrail turun bersama Jibril atas perintah Allah di Baitulmakmur untuk menjemput Nabi Muhammad.

                Sebelumnya, Allah telah berpesan kepada kedua malaikat tersebut, ‘’andai Muhammad menolak untuk dicabut nyawanya, hendaknya kalian kembali.’’ Mereka pun turun, dari Baitulmakmur hingga ke langit dunia. Jibril mempersilahkan Izrail untuk menemui Rasulullah.

                ‘’mengapa engkau tidak menemaniku, wahai Jibril,’’ kata Izrail. Jibril menjawab, ‘’aku tidak tega melihat engkau mencabut nyawa orang yang aku cintai.’’ Hal ini ternyata diketahui Rasulullah.

                Momentum ini dijadikan Rasul untuk menunjukkan kebesaran hati dan jiwanya untuk kita semua umatnya ini. Izrail melanjutkan perjalanannya hingga tiba di kamar Rasulullah.

                Setelah Izrail memberi salam dan Rasul menjawab salam Izrail, Rasul bertanya, ‘’aini Jibril (dimana Jibril)?’’ izrail menjawab, jibril menunggu dilangit pertama. Rasul meminta Jibril datang kepadanya sebelum nyawa beliau dicabut.

                Beliau menunda sebentar waktu kematiannya sebelum bertemu dengan Jibril. Beliau tidak memikirkan dirinya, anaknya, istrinya, keluarga, dan harta bendanya. Tidak.

                Beliau justru memikirkan kita umatnya. Itulah yang beliau sampaikan kepada Jibril, ‘’wahai Jibril, telah tiba kematianku. Bagaimana nasib umatku sepeninggalku nanti?’’ Allahu akbar, yang ditanyakan rasulullah adalah kita, umatnya.

                Inilah yang menjadi konsentrasi Rasulullah tentang umatnya. Jibril menjawab, hanya Allah yang mengetahuinya. Lalu, Jibril bersegera menghadap Allah menyampaikan pertanyaan Rasulullah. Setelah mendapatkan jawaban, Jibril kembali menemui Rasul.

                Jibril menyampaikan, umatnya akan baik-baik saja. Mereka tidak akan tersesat, tidak akan menjadi orang yang merugi jika mereka selalu berpegang pada kitabullah dan sunnah Rasulullah. Setelah mendengar hal itu, legalah hati Rasulullah.


                Beliau mempersilahkan Izrail mencabut nyawanya. Perhatikan dialog beliau selanjutnya ketika beliau menanyakan tentang umatnya saat akan dibangkitkan pada hari kiamat. Insha Allah, tidak ada satu pun manusia yang dibangkitkan sebelum Nabi Muhammad.

                Dan, tidak ada umat yang dibangkitkan sebelum umat Muhammad. Empat malaikat diutus untuk membangkitkan beliau, Jibril, Mikail, Israfil, dan Izrail. Mereka pun mengajukan diri untuk mendapatkan kehormatan membangkitkan Nabi. Akhirnya, dipilihlah Jibril.

                Pada saat Nabi Muhammad telah dibangkitkan, pertanyaan pertama yang disampaikan adalah umatnya. Wahai Jibril, ini hari apa? Jibril menjawab, ‘’inilah hari dimana pintu surge dibuka dan malaikat Ridwan menghiasi surge untuk menjemput engkau dan umatmu dari hamba-hamba saleh. Dan, pintu neraka akan dibuka untuk orang-orang yang durhaka dan tersesat.’’


                Rasul kemudian bertanya, bagaimana umatnya dan dimana mereka. Alhamdulillah, Allah menyediakan kehormatan bagi Rasulullah untuk memberikan syafaat kepada umatnya. Bahkan, karena keistimewaan ini para nabi memerintahkan ematnya menemui Nabi Muhammad. Maka, beruntunglah kita yang menjadi umat Nabi Muhammad. Semoga, kita juga mewarisi sifat nabi, selalu berzikir dan berbuat untuk orang lain. 

Comments

Popular posts from this blog

Asmaul Husna [ 3. Yang Maha Penyayang (الرَّحِيْمُ) ]

Berapa Umur Kita?

MENYELESAIKAN MASALAH TANPA MASALAH (Bagian I)